TRAINING- TRAINING LEADERSHIP, MOTIVASI, SDM DAN LAINNYA YANG BERNUANSA SPIRITUAL DAN MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL QURAN
Sekarang ini banyak kita lihat berkembangnya suatu fenomena dengan menjamurnya kegiatan training-training yang bernuansa spirutual Islami. Perkembangannya sungguh menakjubkan. Hanya dalam kurun waktu 8 – 10 tahun ini begitu banyak model maupun institusi penyelenggara training seperti ini.
Dengan teknologi marketing yang canggih dengan segera mereka mendapatkan pesertanya. Bahkan ada salah satu lembaga penyelenggaranya menyajikan gimmick marketing bahwa mantan peserta atau ”alumni” dapat kembali mengikuti training secara gratis. Dan ini suatu hal yang fantastis, karena ketika pertama kali ikut mereka membayar dengan harga yang tidak murah. Istilahnya disebut ”Recharging”.
Dan ketika para ”alumni ” ini seolah menjadi bagian dari ”keluarga” training ini, maka dengan tidak canggung lagi mereka akan mengajak saudara, kerabat, teman dan lainnya untuk ikut training tersebut. Tanpa disadari mereka sudah menjadi agen marketing melalui program marketing paling canggih yaitu ”word of mouth”
Bagaimana dengan kontennya ?
Kalau kita perhatikan sebenarnya jika training tersebut mengklaim bahwa trainingnya adalah menggali dan mendalami aspek spirutual dalam kegiatan sehari-hari atau dalam kegiatan manajemen atau yang lainnya. Tetapi coba lebih seksama lagi, toh Al Quran yang digunakan Al Quran yang sama, dan juga menggunakan Hadist-hadist Nabi (walaupun kadang-kadang hadist yang lemah atau tidak diyakini riwayat keasliannya). Ditambah lagi kutipan-kutipan filsafat dari Ghazali, atau Carnegie dan hasil penelitian lembaga sumber daya manusia. Hanya para trainer ini dilatih sedemikian rupa sehingga dapat menggugah dan memukau para peserta.
Jika kita baca tulisan tulisan Dr Aidh Al Qarni, kita temukan bahwa sang Doktor ini berhasil mengungkapkan betapa jalan pemikiran-pemikiran tentang kepribadian, motivasi, leadership, keilmuan semua ada dalam Al Quran. Dan beliau mengungkapkannya secara ilmiah, dalil-dalil yang jelas, pemahaman-pemahaman yang syar-i.
Sedangkan training-training tersebut mencampur adukan ayat-ayat Al Quran, Hadist-hadist dengan pemikiran yang berdasarkan akal dan atas kehendak sendiri. Sehingga timbul penafsiran-penafsiran yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh Al Quran dan Hadist. Bagaimana mereka seenaknya menyajikan Hadist lemah atau mentakwil sifat dan nama Alloh Azza wa Jalla.
Belum lagi dalam kegiatan yang mirip ibadah, seperti bersujud diluar kegiatan sholat, bershalawat dengan menyanyikan disembarang waktu dan untuk relaksasi, atau melantunkan Al Quran dengan nasyid-nasyid, menangis dan meraung memohon ampun kepada Alloh secara berjamaah dan sebagainya. Bukan cuma mengherankan apa yang mereka lakukan, tetapi mereka sudah menyimpang dalam ketentuan-ketentuan menjalankan ibadah.
Lantas Bagaimana dengan Hasilnya ?
Jika kita memperhatikan kesaksian atau ”testimoni” (mirip dengan istilah yang digunakan oleh Yahudi atau Nasrani) para mantan peserta, antara lain : ”........saya memperoleh hidayah dengan training ini.....” . atau ”........ saya memperoleh ketenangan setelah training ini........” dan sebagainya. Dan diberitahukan juga dalam testimoni tersebut adanya mantan peserta para penegak hukum, anggota legislatif, menteri, pejabat, artis, selebrity dan lainnya. Tentunya kita semua tahu apa yang terjadi diantara para penegak hukum, anggota legislatif, menteri, pejabat, artis, selebrity dan lainnya tersebut.
Kondisi kegiatan bisnis, ekonomi, pekerjaan memang menyebabkan terciptanya manusia sebagai makhluk sosial yang individualis dan kering secara spiritual. Mereka beragama Islam, tetapi mereka tidak kenal Al Quran, tidak kenal siapa Nabi Muhammad Salallohualaihiwasalam. Ketika mereka dihadapkan pada ayat-ayat Al Quran atau Hadist-hadist Nabi mereka akan terpukau, tercengan-cengang dan tergugah, sehingga mereka kan berkata ”.......oh ternyata ada di dalam Al Quran ......atau .......wah jadi selama ini saya keliru........ dan lainya. Sehingga merkea dengan segera mengatakan bahwa training ini memberikan pencerahan dan memberikan hidayah. ” Kalau tidak karena training ini saya akan tersesat, atau kalau tidak karena training ini saya tidak akan pernah memperoleh hidayah dan sebagainya. Allohuakbar.
Tidakkah mereka mengetahui ? Bahwa hidayah adalah hak Alloh, dan Alloh akan memberikan hidayahnya kepada siapa saja yang DIA kehendaki dan dimana saja dengan cara bagaimana saja, semua adalah rahasia Alloh Subhanawataala. Kalaulah mereka mendapat hidayah, apakah mereka menjadi ahli ibadah, selalu sholat berjamaah atau sholat tepat waktu. Lebih sering mengaji Al Quran, atau berdzikir. Apakah yang menteri jadi bertobat dan tidak korupsi ?, yang anggota legislatif jadi pejuang rakyat dan tidak lagi selingkuh ? yang penegak hukum menjadi anti pungli ? yang artis tidak buka-bukaan dan tidak kawin cerai ? Lantas dengan shalawat mereka apakah mereka menjadi mencintai Nabi ? Apakah dengan mencintai Nabi mereka jadi mengikuti Sunah Nabi ? Apakah mereka sudah tidak lagi menghindari, menselisihi bahkan mengejek sunah Nabi ?
Wallahuwaalam bissawab
Ditulis oleh seorang mantan peserta Training
Jumat, 27 Maret 2009
Training Spiritual
Selasa, 17 Maret 2009
FACE BOOK
Dunia Baru,manfaat atau mudharat ?
Sekarang ini kelihatan di sekeliling kita dengan semakin murah dan mudahnya teknologi, orang-orang mulai keranjingan Situs Jejaring Sosial yang namanya Facebook. Mulai dari orang tua sampai anak-anak (dengan memalsukan data, karena ada batas umur untuk penggunanya), anak SD sampai dengan Program Doktoral, staff administrasi sampai Direktur, ibu rumah tangga maupun wanita karir, artis dan selebritis, tokoh agama maupun tokoh pluralis, pokoknya tidak terbatas, semuanya akan meluangkan waktu kehidupannya paling tidak 15 – 30 mnt di depan computer, handphone dan ehm tentunya BB, untuk sekedar updated status atau lihat-lihat photo dan lainnya.
Apakah ada ilmuwan atau ahli dalam bidang disiplin tertentu yang telah menyelidiki fenomena ini ? saya tidak pernah tahu secara persis. Sebagai orang awam dan secara awam coba kita lihat ; pertanda atau gejala apakah ini ? apa yang ada dibenak dan pikiran para pengguna ketika menjalankan aplikasi ini ? apakah aplikasi ini memiliki dampak terhadap penggunanya ? posotifkah ? atau negatifkah ?
Mungkin ( ini mungkin lho menurut saya……) jika ada penelitian dari bidang ilmu psikologi, atau social atau keagamaan atau politik atau keinformasian danseterusnya, hasilnya dapat digunakan untuk memperoleh gambaran seperti apakah masyarakat kita, atau apa yang diinginkan oleh kebanyakan mereka, atau ada yang dapat dimanfaatkan melalui kegiatan mereka. Seperti misalnya Obama yang sukses dengan terpilih sebagai Presiden, ditengarai ada juga sumbangan aplikasi ini. Sehingga banyak juga para Caleg di Indoensia yang juga ikutan nampang di Facebook. Atau iklan produk komersial, tidak diragukan lagi manfaatnya karena ditatap oleh jutaan pasang mata. Bertemu dengan teman lama, menambah teman baru yang datang dari seorang teman dan seterusnya. Dan manfaat lainnya silakan saja digagas dan diteliti.
Mungkin juga (masih mungkin menurut saya .......) justru yang terjadi adalah ada orang yang : melalaikan ibadahnya, lupa makan, jadi individualis, melalaikan pekerjaan kantor atau sekolah. Yang secara kasat mata kelihatan antara lain menjadi arena snobisme baru, photo diluar negeri, photo alumni sekolah bergengsi, photo kegiatan dengan para petinggi, updated status melalui perangkat canggih sehingga bisa di update dari sembarang tempat sambil memberitahu apa yang yang sedang dikerjakan.
Jadi apakah anda termasuk di dalam dunia baru ini ? Silahkan di coba. Karena agak tidak seimbang kalau kasih komentar tapi belum mencoba, minimal melihat-lihat sajalah.
Wassalam
Rabu, 04 Maret 2009
SUDAHKAH KITA ?
Dalam salah satu hadist yang mashur Rasululloh pernah menyampaikan yang artinya :
….seorang yang beriman adalah orang bersyukur ketika mendapat kelapangan/nikmat dan bersabar ketika mendapat kesempitan/musibah……(rwh Muslim 8/125 Az-Zuhud) lalu ditambahkan oleh seorang Syaikhul Islam Ibn Qoyyim Al Jauziah : …. Segera bertaubat ketika melakukan kesalahan/dosa.
Segala puji hanya bagi Alloh Subhanawataala, salam dan sholawat semoga tetap tercurah bagi Nabi kita Rasululloh Salallohualihiwasalam. Sungguh suatu hadist yang luar biasa dan dalam penuh makna. Dengan ungkapan tersebut sejatinya kita dapat segera mengkaji diri kita apakah kita sudah beriman atau belum.
Coba kita lihat bersyukur. Bagaimana kita memahaminya ? Sudahkah kita bersyukur ketika pagi hari kita terbangun ternyata kita masih hidup dan bernapas. Ketika kita mulai sholat apakah kita benar-benar bersyukur atas segala nikmat yang kita peroleh sehingga kita beribadah benar-benar hanya kepada Alloh Azza wa Jalla?. Bagaimana dengan nikmat penglihatan kita pada pagi hari yang cerah ? Bagaimana dengan nikmat kaki dan tangan kita sehingga kita dapat bekerja mencari rizki yang disediakan oleh Alloh Taala ? Bagaimana dengan nikmat akal waras kita sehingga kita bisa menimba ilmu ? Bagaimana dengan nikmat badan kita yang sehat dan kuat ? Apakah sudah digunakan untuk beramal soleh ?
Lantas bagaimana cara kita bersyukur ?
Sudahkah kita bersyukur dengan lisan kita ? Paling tidak selalu mengucapkan Alhamdulillah ketika mendapatkan nikmat. Atau kita menjaga lisan kita dengan tetap mengeluarkan kata-kata yang diridhoi oleh Alloh Azza wa Jalla. Atau lebih lagi dengan senantiasa dzikrulloh, membaca Al Quran, sholat fardhu tepat waktu dan berjamaah, sholat malam, sholat sunnah. Meninggalkan dan menjauhi ghibah dan namimah, bergunjing dan mendengarkan gunjingan. Dan jika kita punya cukup ilmu dan kekuatan kita kan berdakwah, paling tidak dimulai dari keluarga.
Sudah kita bersyukur dengan badan kita ? Berzakat, bersedekah, saling tolong menolong dalam kesusahan, meringankan langkah kaki hanya untuk kegiatan beribadah dan amal sholeh serta meninggalkan tempat-tempat dan kegiatan maksiat.
Sudah kita bersyukur dengan hati kita ? Dengan hanya mengingat Alloh Subahanawataala dalam hati kita. Membersihkan hati sikap dan sifat sombong, riya, berbohong, iri, dengki, dan lainnya.
ALLOHU AKBAR, Sudahkah Kita ?
Selanjutnya kita kaji bersabar. Bagaimana kita memahaminya ? Kesabaran yang paling tinggi adalah pada saat awal ketika kita menerima musibah dengan penuh kesadaran tinggi dan rasa ridho dan ikhlas yang tulus kita menerima takdir Alloh Azza wa Jalla dengan lisan disertai ketetapan hati kita mengucapkan Innalillahi wa inna ilailhi rojiun.... Yakni manusia ridha dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan bahwa ada dan tidaknya musibah sama saja baginya, sehingga adanya musibah tadi tidak memberatkannya. ia pun tidak merasa berat memikulnya. (lihat QS 2 : 153-156, 177) Dan merupakan tingkatan yang paling tinggi ialah ketika seseorang bersyukur atas musibah yang menimpanya karena ia memahami bahwa musibah ini menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya bahkan mungkin malah menambah kebaikannya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Tidaklah satu musibah menimpa seorang muslim kecuali dengannya Allah mengampuni dosa- dosanya sampai sebuah duripun yang menusuknya"
Jadi segera setelah kita memahaminya, sudahkah kita ?Bagaimana ketika kita marah-marah karena kita tidak menemukan barang yang kita cari ? Atau bagaimana kita marah marah ketika tersandung batu dijalan, bukan menyingkirkannya karena khawatir akan mencelakakan orang lain ? Atau kita marah marah ketika kita dapati anak kita malas belajar ? Atau yang lebih parah ada orang yang meraung-raung meratapi kehilangan orang yang dia cintai. Orang jadi berburuk sangka terhadap Alloh Azza wa Jalla. Dan celakanya hal seperti ini sering ditampilkan dalam sinetron sinetron di televisi. Ketika sang tokoh yang menjadi orang yang harus diberi simpati malah bertanya : ; Ya Tuhan mengapa kau timpakan cobaan ini pada hambamu ? Astaghfirulloh !
Sudah sewajarnya kita harus meluruskan kembali pemahaman kita. Kita wajib mengimani tentang qadha dan qadar kita baik yang buruk maupun kebaikan. Kita imani bahwa semua adalah kehendak Alloh Azza wa Jalla. Alloh Maha Tahu, mana yang baik untuk kita mana yang tidak baik untuk kita. Jadi hal yang wajib agar kita terus menerus mendekatkan diri kepadaNYA agar kita selalu dilindungi dari prasangka dan kesyirikan ridho atas semua ketentuanNYA. Menurut Rasululloh cobaan yang paling berat dialami oleh manusia adalah cobaan yang dialami oleh para Nabi dan Rasul Alloh. Jadi ketika kita mengalami musibah kita ukur kesabaran kita dengan kesabaran para Nabi dan Rasul Alloh, kita tidak sebanding ujung kuku sekalipun. Musibah yang menimpa kita hanya cobaan kecil dibanding cobaan para Nabi dan Rasul. Dan ketika kita beribadah segera kita ukur tingkatan ibadah kita dengan para Nabi dan Rasul atau dengan para ulama zuhud yang telah mendahului kita, kita lihat sirahnya, kitapun tidak sebanding pula dengan ujung kuku sekalipun. Dan ketika kita mengalami kesempitan dan musibah coba kita lihat kebawah, bahwa ada orang yang lebih malang dari kita. Wawllohuwaalam.
Jadi Sudahka Kita ?