Posts Subscribe to (PUT YOUR BLOG NAME HERE)Comments

Rabu, 04 Maret 2009

SUDAHKAH KITA ?

Dalam salah satu hadist yang mashur Rasululloh pernah menyampaikan yang artinya :
….seorang yang beriman adalah orang bersyukur ketika mendapat kelapangan/nikmat dan bersabar ketika mendapat kesempitan/musibah……(rwh Muslim 8/125 Az-Zuhud) lalu ditambahkan oleh seorang Syaikhul Islam Ibn Qoyyim Al Jauziah : …. Segera bertaubat ketika melakukan kesalahan/dosa.
Segala puji hanya bagi Alloh Subhanawataala, salam dan sholawat semoga tetap tercurah bagi Nabi kita Rasululloh Salallohualihiwasalam. Sungguh suatu hadist yang luar biasa dan dalam penuh makna. Dengan ungkapan tersebut sejatinya kita dapat segera mengkaji diri kita apakah kita sudah beriman atau belum.
Coba kita lihat bersyukur. Bagaimana kita memahaminya ? Sudahkah kita bersyukur ketika pagi hari kita terbangun ternyata kita masih hidup dan bernapas. Ketika kita mulai sholat apakah kita benar-benar bersyukur atas segala nikmat yang kita peroleh sehingga kita beribadah benar-benar hanya kepada Alloh Azza wa Jalla?. Bagaimana dengan nikmat penglihatan kita pada pagi hari yang cerah ? Bagaimana dengan nikmat kaki dan tangan kita sehingga kita dapat bekerja mencari rizki yang disediakan oleh Alloh Taala ? Bagaimana dengan nikmat akal waras kita sehingga kita bisa menimba ilmu ? Bagaimana dengan nikmat badan kita yang sehat dan kuat ? Apakah sudah digunakan untuk beramal soleh ?
Lantas bagaimana cara kita bersyukur ?
Sudahkah kita bersyukur dengan lisan kita ? Paling tidak selalu mengucapkan Alhamdulillah ketika mendapatkan nikmat. Atau kita menjaga lisan kita dengan tetap mengeluarkan kata-kata yang diridhoi oleh Alloh Azza wa Jalla. Atau lebih lagi dengan senantiasa dzikrulloh, membaca Al Quran, sholat fardhu tepat waktu dan berjamaah, sholat malam, sholat sunnah. Meninggalkan dan menjauhi ghibah dan namimah, bergunjing dan mendengarkan gunjingan. Dan jika kita punya cukup ilmu dan kekuatan kita kan berdakwah, paling tidak dimulai dari keluarga.
Sudah kita bersyukur dengan badan kita ? Berzakat, bersedekah, saling tolong menolong dalam kesusahan, meringankan langkah kaki hanya untuk kegiatan beribadah dan amal sholeh serta meninggalkan tempat-tempat dan kegiatan maksiat.
Sudah kita bersyukur dengan hati kita ? Dengan hanya mengingat Alloh Subahanawataala dalam hati kita. Membersihkan hati sikap dan sifat sombong, riya, berbohong, iri, dengki, dan lainnya.
ALLOHU AKBAR, Sudahkah Kita ?
Selanjutnya kita kaji bersabar. Bagaimana kita memahaminya ? Kesabaran yang paling tinggi adalah pada saat awal ketika kita menerima musibah dengan penuh kesadaran tinggi dan rasa ridho dan ikhlas yang tulus kita menerima takdir Alloh Azza wa Jalla dengan lisan disertai ketetapan hati kita mengucapkan Innalillahi wa inna ilailhi rojiun.... Yakni manusia ridha dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan bahwa ada dan tidaknya musibah sama saja baginya, sehingga adanya musibah tadi tidak memberatkannya. ia pun tidak merasa berat memikulnya. (lihat QS 2 : 153-156, 177) Dan merupakan tingkatan yang paling tinggi ialah ketika seseorang bersyukur atas musibah yang menimpanya karena ia memahami bahwa musibah ini menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya bahkan mungkin malah menambah kebaikannya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Tidaklah satu musibah menimpa seorang muslim kecuali dengannya Allah mengampuni dosa- dosanya sampai sebuah duripun yang menusuknya"
Jadi segera setelah kita memahaminya, sudahkah kita ?Bagaimana ketika kita marah-marah karena kita tidak menemukan barang yang kita cari ? Atau bagaimana kita marah marah ketika tersandung batu dijalan, bukan menyingkirkannya karena khawatir akan mencelakakan orang lain ? Atau kita marah marah ketika kita dapati anak kita malas belajar ? Atau yang lebih parah ada orang yang meraung-raung meratapi kehilangan orang yang dia cintai. Orang jadi berburuk sangka terhadap Alloh Azza wa Jalla. Dan celakanya hal seperti ini sering ditampilkan dalam sinetron sinetron di televisi. Ketika sang tokoh yang menjadi orang yang harus diberi simpati malah bertanya : ; Ya Tuhan mengapa kau timpakan cobaan ini pada hambamu ? Astaghfirulloh !
Sudah sewajarnya kita harus meluruskan kembali pemahaman kita. Kita wajib mengimani tentang qadha dan qadar kita baik yang buruk maupun kebaikan. Kita imani bahwa semua adalah kehendak Alloh Azza wa Jalla. Alloh Maha Tahu, mana yang baik untuk kita mana yang tidak baik untuk kita. Jadi hal yang wajib agar kita terus menerus mendekatkan diri kepadaNYA agar kita selalu dilindungi dari prasangka dan kesyirikan ridho atas semua ketentuanNYA. Menurut Rasululloh cobaan yang paling berat dialami oleh manusia adalah cobaan yang dialami oleh para Nabi dan Rasul Alloh. Jadi ketika kita mengalami musibah kita ukur kesabaran kita dengan kesabaran para Nabi dan Rasul Alloh, kita tidak sebanding ujung kuku sekalipun. Musibah yang menimpa kita hanya cobaan kecil dibanding cobaan para Nabi dan Rasul. Dan ketika kita beribadah segera kita ukur tingkatan ibadah kita dengan para Nabi dan Rasul atau dengan para ulama zuhud yang telah mendahului kita, kita lihat sirahnya, kitapun tidak sebanding pula dengan ujung kuku sekalipun. Dan ketika kita mengalami kesempitan dan musibah coba kita lihat kebawah, bahwa ada orang yang lebih malang dari kita. Wawllohuwaalam.
Jadi Sudahka Kita ?

Categories



Widget by Scrapur

0 komentar:

Posting Komentar

 

Dark Side Blogger Template

Dark Side Blogger Template

Dark Side Blogger Template

Dark Side Blogger Template Copyright 2009 - ABDULLOH BLOG is proudly powered by Blogger.com Edited By Belajar SEO